Minggu, 28 Agustus 2011

Secarik Cerita dari Kaki Sumbing- Nguwok

Gunung Sumbing dengan tembakaunya fronm Nguwok

Tak terasa waktu sudah berjalan cukup cepat, kami harus meninggalkan sebuah dusun di Kaki Sumbing. Mungkin tidak banyak orang yang tau jika saya menyebutkan nama dusun tersebut. Nguwokk. Dari suku katanya saja orang sudah sedikit heran, kenapa di kasih nama demikian. Namun, ulisan ini bukan ingim membahas mengenai sejarah Dusun tersebut.


Bapak Kadus Nguwok sekeluarga
Sebuah dusun kecil dengan 3 RT di Wonosobo Jawa Tengah. semula saya tidak mengetahui kalo ada nama dusun seperti itu. Dusun yang begitu asri, dengan warganya yang ramah dan polos. Polos kenapa? Karena sebagian warganya hanya tamatan SD. Ya... sekolah Dasar. Padahal pemerintah mencanangkan program sekolah dasar 9 tahun. Bahkan di dusun ini, hampir 50% warganya masih buta aksara. Tidak menyangka bukan? Itulah kenyataan yang ada di Indonesia ini. Hingga kamipun membuat program mengajar baca tulis yang sebenarnya kurang sukses dan membutuhkan kembali perhatian dari Pemrintah. Karena dari Pemerintah Kecamatan sendiri mengatakan, jika mereka ternyata kecolongan hal tersebut. Saya pun sebenarnya juga kaget kenapa Pemerintah Kecamatan sendiri tidak tahu. Yaaaa itulah kehidupan di sini. 


Aku dan adek-adek Dusun Nguwokkk-- Sindorooo
Tidak hanya sampai di situ saja, sebagian warganya yang menanam tembakau ini pun terusik dengan kebijakan pemerintah untuk meniadakan tanaman tembakau. Kalo menurut saya, meniadakan/ memusnahkan tanaman tembakau bukanlah hal yang bijaksana, karena dapat merusak plasma nuftah (secara biolog) serta tanaman tembakau ini biasanya sebagai tanaman model di tissue culture.Jjadi alangkah tidak bijaksananya jika dimusnahkan (walaupun saya tidak suka dengan asap rokok). 
saya dan adek-adek yang saya "wulang"

Adek-adek pulangggg
Akses pelajaran di SD pun tidak sebaik di kota kecamatan. Di salah satu SD di dekat dusun ini mata pelajaran Bahasa Inggrispun belum ada. Padahal siswa SD berhak untuk mendapatkan pelajaran tersebut. ya memang seperti itu kenyataannya. Bahkan ketika kami melihat di perpu, Perpustakaan SD tersebut bercampur dengan dapur. Alangkah ngerinya bukan??? Seperti itulah sebenarnya keadaan di negeri kita tercinta ini. anak-anak SD tersebut pun juga harus menempuh jarak yang cukup jauh dan menanjak. Hmmmm. 

Tulisan ini bukan untuk menunjukkan kebolehan kami. Karena di sana pun, kami belum menghasilkan apa-apa. Seharusnya ada langkah-langkah selanjutnya yang lebih preventif. Ya semoga saja, ada adekadek yang lain yang akan meneruskan perjuangan ini. (whattt??? perjuangan? pahlawan yak? heee).

Nguwok??? Indonesia ^^

luph_RheeznhaMaulina



Tidak ada komentar:

Posting Komentar